Transaksi
yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum merata. Sebanyak 90%
masih dilakukan di Jakarta dan sisanya dari kota-kota lain di Indonesia.
Hal itu
diungkapkan Direktur Perdagangan dan Kepatuhan Anggota Bursa Samsul Hidayat
saat acara Sosialisasi Pasar Modal Kamar Dagang dan Industri Indonesia, di Gedung
BEI, Jakarta, Rabu (27/2/2013).
“Sebanyak
90% order dari Jakarta, dari 90% itu, 50% asing, 50% lokal,” katanya.
Sebanyak
10% sisanya terbagi menjadi dua, yaitu 5% dilakukan di kota-kota Pulau Jawa
sedangkan 5% lainnya tersebar di seluruh Indonesia. Kondisi transaksi seperti
ini menjadi rentan ketika kota Jakarta mengalami masalah.
Contohnya
pada banjir yang melanda Jakarta pada awal tahun ini, atau tepatnya hari
pertama banjir pada Kamis 17 Januari 2012 lalu, nilai transaksi hanya mencapai
Rp 3,892 triliun dengan volume 4,791 miliar lembar saham.
Beberapa
trader yang berdomisili di Jakarta memulai perdagangan dengan telat gara-gara
banjir yang mengepung ibukota. Sehingga banyak trader yang kehilangan momentum
dan akhirnya membuat volume transaksi dan perdagangan sepi.
Sementara
itu, tak terkait dari kondisi ini, dari sisi pertumbuhan, pasar modal Indonesia
dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan. Secara year to date, kata dia,
pertumbuhannya masih di atas 8,97%, angka itu lebih baik dari Korea, Malaysia,
Singapura, Hong Kong, USA, Shanghai, dan India.
“Dari
sisi usaha ada prospek bisnis yang terbuka. Ini masih banyak yang belum digarap
jadi peluang investasi di pasar modal masih terbuka,” tandasnya.
No comments:
Post a Comment